ibadah shalat |
Lima kali sehari, umat Islam di seluruh dunia menunaikan ibadah shalat. Di mana pun mereka berada ibadah tersebut dilakukan dengan menghadap ke satu tempat. Makkah. Kota suci di kerajaaan Arab Saudi tersebut, juga menjadi pusat ibadah Umroh. Di mana umat yang mampu, berziarah. Selama berabad-abad, tidak ada gangguan terhadap tradisi ini. Hingga... 20 November 1979. Pada hari itu, ketika ribuan lebih berziarah tengah beribadah, letusan senjata api terdengar. [ ♪ suara tembakan dan teriakan ♪ ] Sementara kebingungan dan ketakutan merebak, ratusan pria bersenjata menyerbu Masjid al-Haram dan menahan seluruh jemaah di dalamnya. Sampai tuntunan mereka terpenuhi. Pemimpin dari penawan ini, Juhayam al-Otaybi, hendak mengubah Arab Saudi menjadi sesuatu yang diimpikan. Dan dia tidak akan membiarkan aturan apa pun menghentikannya. Pada akhirnya, aksi dari Juhayman dan pengikutnya tidak hanya memutar balikkan nasib Arab Saudi. Namun, seluruh Timur Tengah. Apa motivasi dari Juhayman? Dan bagaimana serangan ini mengubah dunia selamanya? Kisah kita bermulai di Iran. Di sini, Inggris menemukan dan mengeksploitasi minyak dalam jumlah besar. Perekonomian Inggris dan Iran pun melesat. Tak jauh dari Iran, kerajaan Arab Saudi tak ingin ketinggalan dari tetangganya yang semakin hari kaya akan hasil minyak. Untuk itu, alih-alih minyak pun didatangkan dari mancanegara untuk mencari minyak di wilayah Arab Saudi. Dan pada tahun 1938, minyak tersebut ditemukan oleh... ...Amerika Serikat. Presiden Franklin Delano Roosevelt dan Raja Abdulaziz Ibn Saud segera bertemu dan menyetujui sebuah perjanjian sederhana. Arab Saudi akan membiarkan Amerika Serikat mengelola serta mengeksploitasi minyaknya. Dan Amerika Serikat akan membantu Arab Saudi dalam pembangunan. Dengan persetujuan ini, sistem kapitalisme Barat dan monarki Arab Saudi bersinergi. Hari demi hari, infrastruktur bertambah, bisnis bermunculan di mana-mana dan yang lebih penting lagi, kekayaan keluarga kerajaan Saudi meningkat pesat. Pada tahun 1964, Arab Saudi dipimpin oleh Raja Faisal. Beliau hendak menggunakan kekayaan dari minyak ini untuk memajukan kerajaannya melalui pendidikan. Edukasi diberikan kepada pria dan wanita secara setara. Dan pada tahun 1965, televisi pertama Arab Saudi disiarkan. Minyak telah membawa berkah. Namun, juga tantangan. Seiring berjalannya waktu, kerajaan Arab Saudi mulai menghadapi tantangan dari luar dan dalam. Dari luar, satu per satu kerajaan Arab mulai dijatuhkan oleh pemerintahan sosialis. Rezim-rezim sosialis ini mempromosikan ideologi pan-arabisme yang tentu mengancam kedudukan kerajaaan Saudi. Untuk menghadapi ini, kerajaan Saudi melakukan dua hal. Yang pertama, mereka menerima tawaran Amerika Serikat untuk membangun markas militer di kerajaannya. Kedua, mereka semakin gencar mempromosikan ideologi alternatif dari sosialisme Arab. Yakni, pan-Islamisme. Dengan ideologi ini, Arab Saudi memperkuat kepemimpinan akan dunia Islam sebagai penjaga dari dua kota suci. Yakni, Makkah dan Madinah. Hanya saja, solusi ini mendapat tantangan internal. Sejak awal didirikannya kerajaan Arab Saudi, pemerintah selalu mendapatkan legitimasi dari dukungan kaum ulama. Dan di Arab Saudi sendiri, ulama yang paling berpengaruh adalah Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab. Lahir pada tahun 1703, 'Abd al-Wahhab terinspirasi dengan ajaran Ahmad ibn Taymiyya. Hidup pada masa-masa Perang Salib, Ibn Taymiyya menghalalkan perang melawan bangsa non-Islam. Terutama Kristen hingga bangsa Muslim lain yang tidak sesuai dengan ajarannya. Ajaran Ibn al-Wahhab dinilai terlalu radikal dan ditolak oleh keluarganya, suku-suku lain, hingga ahli-ahli Islam terkemuka dari al-Zaytuna, Tunisia. Hanya satu orang yang memberi dia perlindungan. Muhammad ibn Saud, yang kemudian membangun dinasti Saudi. Bersama dengan Ibn 'Abd al-Wahhab, dinasti Saud dibangun di mana keluarga Saud akan mengurus politik serta melindungi ulama. Dan 'Abd al-Wahhab akan mendukung Saud sembari menyebar pengajarannya. Tanpa dukungan 'Abd al-Wahhab, kerajaan Saudi mungkin tidak akan memperoleh legitimasinya. Dan di saat yang sama tanpa perlindungan kerajaan Saudi, 'Abd al-Wahhab tidak akan mampu menyebarkan ajarannya. Ajaran Ibn 'Abd al-Wahhab terkenal sangat intoleran, radikal dan anti-Syiah. Kekaisaran Ottoman menamai ajarannya Wahhabisme. Wahhabisme memang tidak dianut secara global. Namun, dukungan dari ulama-ulama Wahhabi, memampukan dinasti Saud menaklukkan dan memerintah Arab Saudi sejak dahulu kala. Hanya saja, dukungan ini semakin tergerus sejak pemerintahan Raja Faisal dan dengan aliansinya bersama Amerika. Pasalnya, puluhan ribu pekerja dari AS harus menetap di kerajaannya berkat aliansi tersebut. Di sini, Amerika membangun kota khusus bagi warga AS. Di mana perempuan tidak perlu menutup diri, alkohol dikonsumsi dan banyak hal yang dilarang dalam Wahabbisme. Bioskop daÅ„ kasino pun mulai bertebaran di kerajaan. Ditambah dengan upaya modernisasi lain, dan hak-hak wanita yang ditetapkan oleh Raja Faisal, amarah dari kaum ulama semakin meningkat. Akan tetapi, mereka tetap tidak berani menentang pemerintahan secara terbuka karena mereka merasa ada bahaya yang lebih besar lagi. Yaitu ideologi komunisme dan Islam Syiah. Salah satu dari ulama tersebut, adalah rektor Universitas Madinah, Abd al-Aziz ibn Baz. Tidak berani melawan secara terang-terangan, dia memilih untuk mendirikan gerakan dakwah bernama Salafiyah al-Muktasibah, gerakan ini hendak menyebarkan pandangan Islam fundamentalis. Dan salah satu muridnya, adalah Juhayman al-Otaybi. Juhayman adalah mantan dari garda national Saudi, pasukan khusus rezim Saudi yang bertugas menjaga keluarga al-Saud dari potensi kudeta. Baik internal, maupun eksternal. Namun, ceramah dari ibn Baz membuat Juhayman semakin membenci kerajaan Saudi. Menurutnya, bagaimana mungkin keluarga kerajaan yang seharusnya melindungi Islam, hidup berfoya-foya dari hasil kerjasamanya dengan negara kafir? Mengapa, pikirnya, warga Arab Saudi harus mengikuti gaya hidup Amerika? Dan terlebih dari itu, mengapa gurunya sendiri tidak berani menantang mereka dengan terbuka? Dan pertanyaan-pertanyaan ini mendorongnya untuk mengambil satu kesimpulan. Dialah yang harus berjuang. Bukan ahli-ahli agama. Perlahan-lahan, dia menambah jumlah pengikutnya, dan mempersiapkan persenjataan bagi aksi terbesar di sejarah Arab Saudi. Dia akan menawan seluruh masjid al-Haram. Lalu, pada tahun 1979, dia menjalankan aksinya. Pilihan tempat tersebut bukan tanka alasan. Dalam Islam, kekerasan sangat diharamkan di tempat suci seperti masjid al-Haram. Alhasil, pihak keamanan tidak memiliki persenjataan lengkap. Semua polisi yang datang ke lokasi pun tidak berani menyerbu tempat suci tersebut. Dan dengan cepat dihabisi oleh penembak jitu Juhayman. Dan tentunya, pemerintah Arab Saudi yang tengah dipimpin Raja Khaled, tidak bisa mengabaikan Juhayman. Awalnya, pelaku dari penyerangan ini masih rancu. Apakah ini kelompok Shia, komunis, atau Israel? Lalu, gerakan Juhayman diberitakan. Juhayman menyatakan adik iparnya, Muhammad Abdullah al-Qahtani, adalah Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu, dan menuntut beberapa hal: Usir semua orang asing dari Arab Saudi. Hentikan perdagangkan minyak dengan dunia Barat. Dan, tumbangkan keluarga kerajaan Saud yang gagal melindungi Islam. Dengan ini, pemerintahan Saudi terjebak dalam suatu dilema. Apabila mereka menyerang Juhayman, mereka akan dituduh melanggar aturan Islam. Namun, apabila mereka diam, mereka akan dianggap gagal melindungi tempat suci Islam. Hanya satu cara agar masjid tersebut layak diserang. Yaitu, bila kaum ulama menyiarkan sebuah fatwa yang memperbolehkannya. Ibn Baz mengetahui akan hal tersebut dan dengan cepat memanfaatkan situasi. Bersama ulama lainnya, mereka setuju akan mengeluarkan fatwa tersebut apabila pemerintah Saudi memutarbalikkan kebijakan Raja Faisal. Pada dasarnya, mereka meminta hak-hak perempuan dan segala kegiatan yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam sesuai versi mereka... ...dihilangkan. Tak melihat pilihan lain, pemerintahan Saudi terpaksa mengalah. Tak lama setelah perjanjian itu, pasukan pemerintahan Saudi dengan bantuan komando Pakistan dan Perancis, menyerbu area masjid dan berhasil menangkap Juhayman serta beberapa pengikutnya. Kelompok Juhayman mungkin sudah diberantas. Akan tetapi, impian yang dia perjuangkan tetap tercapai. Dalam rangka membalas budi akan dukungan dari para kaum ulama, pemerintah Saudi mulai memperlakukan peraturan sosial yang semakin ketat hari demi hari. Di antara semua, hak-hak perempuanlah yang paling terdampak. Tidak lagi mereka diperbolehkan untuk tampil di televisi sebagai pembawa berita. Tidak lagi mereka bebas menggunakan busana tertentu, menyetir, dan tidak lagi mereka mendcapatkan akses ke beberapa pekerjaan. Beberapa bisnis serta bioskop ditutup karena dianggap tidak bermoral. Dan polisi moral semakin diperkuat untuk menjunjung hukm syariah yang ketat. Dan dengan demikian, babak baru dari kerajaan Arab Saudi telah dimulai.