Langsung ke konten utama

BUZZER VS BALIHO ! LANGKAH PUAN DI 2024

BUZZER VS BALIHO

Sobat sukses. Beberapa elit kader partai PDIP tampaknya jeli melihat peluang puan Maharani untuk maju di 2024. Ini tampak sejalan dan selaras dengan Beberapa kader di bawah seperti diranting dan didesa-desa. Mereka inilah yang memahami betul jika masih banyak pemilih lebih mengenal keluarga besar soekarno, trah Soekarno memang tak bisa diragukan kepopuleran nya. Karena itulah elit dan kader PDIP gencar membangun kampanye Ojo pedot oyot, yang berarti jangan putus akar. 

Dengan coba mengingatkan kembali bahwa kekuatan terbesar PDIP adalah pada nama besar trah Soekarno didalam partai itu sudah sepatutnya menjadi pemimpin dinegara ini. Mungkin gerakan kampanye jangan putus akar itu ada benarnya mengingat PDIP bertahan selama ini karena kekuatan massa pemilih mereka yang setia dan loyal. Istilah siapapun dan berapapun lawannya partai PDIP tetap memiliki suara.


Tentu itu modal yang besar sebagai partai mengingat begitu banyaknya partai tenggelam dan justru hilang karena tidak memiliki penokohan yang kuat. dinamika perpolitikan ini kemungkinan didasari pada Rakyat Indonesia sekarang sudah pada cerdas melihat manuver politisi di dalam perpolitikan nasional. Arus informasi media sosial yang begitu besar diagungkan buzzer dan sebagian orang itulah yang dianggap bisa mempengaruhi suara potensial itu nyatanya justru acapkali tak menyentuh kalangan tertentu. 

Ya mereka kalangan orang tua dan netizen muda tertentu inilah yang enggan dan jarang bersentuhan dengan media-media besar dan penggiat politik tertentu. Wajar saja jika puan dan elit partai PDIP masih menggunakan baliho dan spanduk yang banyak terpampang di kecamatan-kecamatan dan desa-desa. Hal itu bisa saja memberikan efek pengingat jika ada trah Soekarno yang masih berjuang untuk bangsa dan negara ini. Dan kemungkinan besar cara ini efektif diterima secara spontan tanpa filter dapat dilakukan. 

Mengingat hal tersebut tidak bisa dilakukan di media sosial, buzzer-buzzer lupa algoritma tertentu dimedia sosial acapkali hanya menampilkan apa-apa saja yang menjadi ketertarikan pengguna. Dan tak jarang banyak yang tidak peduli dan tidak ingin melihat sosok-sosok tertentu di smartphone mereka. Mereka inilah yang bisa dikatakan netizen yang sayang kuota, sayang membuang waktunya untuk melihat figur politik yang sering kali netizen anggap tidak penting. 

Karena itulah kemungkinan kejelian kekuatan tim puan yang melihat kegagalan teknologi, untuk menaikkan figur tertentu itu ada. Dan akhirnya kini kita bisa mendengar begitu banyak pembicaraan seputar puan dalam obrolan masyarakat. Mengingat puan adalah ketua DPR dan mantan Mentri. tokoh nasional, dan putri dari mantan presiden Megawati sekaligus cucu dari Soekarno dengan segudang prestasi politik. Hal-hal besar seperti inilah tentu wajib menjadi perhitungan di perpolitikan nasional. karena tidak ada nama, dan partai sekuat ini sekarang ini. 

Kesuksesan tim puan memainkan baliho dan spanduk inilah yang membuat kader partai dibawah lega, dan karena itu pulalah yang mungkin justru membuat buzzer-buzzer yang merasa berpengaruh dimedia sosial itu seperti mendapat serangan besar dan frustasi sehingga menyalahkan elit-elit partai PDIP dengan menyudutkan mereka tidak bisa main medsos. Tentu saja itu dibantah elit partai PDIP, dengan membuat narasi kebalikannya seperti justru Ganjar Pranowo sebagai kader itu kemliti yang dinyatakan trimedia Panjaitan beberapa waktu lalu. 

Pernyataan Ojo pedot oyot itu bisa jadi tak salah jika Kita ingat kembali saat habisnya periode kedua, Susilo Bambang Yudhoyono pendiri partai Demokrat kala itu, partai Demokrat seperti terseok-seok dalam perolehan suara, hal ini mungkin saja karena regenerasi partai belum siap saat AHY  belum lama terjun di perpolitikan, yang kala itu sampai memaksa AHY mundur dari militer untuk meneruskan penokohan yang kuat didalam partai. Hal ini yang mungkin saja menjadi perhatian elit kader di PDIP jika figur tokoh utama dalam partai terus ditenggelamkan justru membuat partai meredup dan hilang kekuatannya. 

Beberapa pengamat politik beperpendapat figur yang dikemas dalam sosok Jokowi kala itu tanpa celah buruk dalam prestasi memimpin solo hanya sedikit fitnah yang justru menaikkan elektabilitas jokowi hingga begitu banyaknya masyarakat yang jatuh hati dengan beliau. sedangkan Ganjar ini begitu banyak persoalan yang membuatnya tampak tak sempurna sebagai sosok yg diunggulkan dalam pencapresan seperti persoalan penyebutan namanya di EKTP, persoalan wadas, banjir rob yg tak tertangani hingga penyebutan kata bokep kala itu yang justru membuatnya seolah terbenam saat mencoba mendongkrak kepopulerannya di podcast Dedi Corbuzier.  

menjadi batu sandungan yang jelas tampak berbeda jauh dengan kemasan figur Jokowi yg sempurna kala itu. Sementara itu jika membandingkan dengan elektabilitas Anies maupun Prabowo sepertinya layak diusung menjadi presiden, maka tak salah jika elit partai PDIP melihat dinamika ini sebagai peluang kedua dengan menjadikan puan sebagai cawapres.

PeluangSukses.Com

5 Rekomendasi Private Pool Villa di Sekitar Purwokerto Tarif Mulai dari Perjam Hingga Perhari

6 Korean Movies With Historical Themes Insert Uncensored Sex Scenes

5 Cara Tetap Sejuk di Cuaca Panas Tanpa AC Rumah

20 Kata Yang Orang Tua Harus Ucapkan Ke Anak Sedari Kecil

NASIB MIRIS Sederet Artis Ini Bangkrut Seketika Salah Kelola Honor

Cara Mengatasi Kutu Kebul Secara alami

5 Cara Ampuh Usir Semut di Toples Gula dan Makanan Manis Lainnya

5 Contoh Kekuatan Makeup Riasan Sangat Senang Dengan Hasilnya

Menghitung Keuntungan Budidaya Ikan Lele

CARA BELI IKAN LELE DI PASAR PERIKANAN PURWONEGORO BANJARNEGARA

Support : Copyright © 2019. Informasi Usaha, Bisnis dan Gaya Hidup - All Rights Reserved